6 Januari 2009

MARAWIS, Potensi Seni Anak Santri


“Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya”. Setiap makhluk tumbuh dan hidup di habitatnya. Setiap jiwa membentuk suasana di mana dia ada.

Begitupun dengan seni. Seni adalah anugerah Ilahi. Tapi setiap makhluk berbeda dalam mengapresiasi. Contohnya seni musik Marawis, tak semua orang mengenalnya. Musik padang pasir bernuansa Islami ini biasanya dimainkan para santri. Iramanya mengalun membawa pesan kedamaian.

Seperti tampak anak-anak santri Masjid Al-Muhajirin Puri Cendana ini memainkannya. Mereka sangat menikmati.

Walau berat dirasa untuk menjadi bisa, tapi itulah seni. Apapun terasa ringan di tangan, beratnya latihan lenyap disapu kepuasan batin. Membuktikan bahwa diri ini bisa melakukannya. Itupun sudah bagian dari kepuasan tersendiri.

Grup Marawis Al-Muhajirin telah beberapa kali tampil dalam perayaan. Diantara penampilan yang membawa kesan adalah ; menyambut kehadiran sang pengantin dalam acara pernikahan, memeriahkan acara hari-hari besar Islam, tampil dalam acara sunatan kawan, dan banyak lagi.

Lagu Marawis dikenal tidak mudah. Alunannya yang berbeda, dengan bahasa yang tak biasa pula, membuat tidak semua orang dapat membawakannya. Syarat minimal menyanyikan lagu-lagu marawis adalah fasih berbahasa arab. Karena sebagian besar lagu-lagu marawis itu berbahasa arab. kecuali lagu-lagu hasil gubahan kreatif dari seniman-seniman Indonesia.

Namun kesulitannya bukan untuk dihindari. Mudah-mudahan dengan menyanyikan-nya dapat mendorong seseorang untuk berkeinginan belajar bahasa Arab.

Mungkinkah mendengarkan lagu-lagu Marawis bisa mendorong seseorang ingin bisa bahasa Arab ?

Mungkin saja, bahkan sangat mungkin. Bukankah setiap orang cenderung kepada kesenangannya? Bukankah seni mampu memikat setiap diri pemurung menjadi ceria? Bukankah seni bisa mendorong seseorang berbuat tanpa pamrih?

Itulah seni. Tak ada yang tak bisa. Yang ada adalah karena tak biasa. Jangan berhenti berlatih, Nak !! Kapan tampil lagi nich ? Ditunggu yachh…..