18 Agustus 2011

I'tikaf 10 Hari Terakhir Ramadhan 1432 H

I’tikaf pada intinya adalah berdiam diri di masjid, berkhalwat (mengasingkan diri), dengan niat dan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Atau dengan kata lain, i’tikaf ialah memutuskan hubungan dengan makhluk, untuk menghubungkan diri dengan Khalik-Nya, melalui jalan pengkhidmatan dan berdiam secara khusuk melaksanakan ibadah.

I’tikaf adalah bagian dari pekerjaan yang disunnahkan, maka pahalanya bernilai tinggi. Rasulullah SAW selalu beri’tikaf setiap bulan Ramadhan, selama 10 hari terakhir. Pada tahun Beliau wafat, bahkan beri’tikaf selama 20 hari. Selanjutnya jejak Rasulullah SAW beri’tikaf di bulan Ramadhan, diikuti oleh isteri dan para sahabatnya, baik ketika Nabi masih hidup, maupun setelah wafat.

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari menandaskan, “Bahwa Rasulullah beri’tikaf pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan hingga beliau wafat”. Kegiatan i’tikaf ini dihubungkan dengan kedatangan Lailatul Qadar yang sebagian besar pendapat menyatakan jatuh pada malam ganjil 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Siti Aisyah: “Rasulullah SAW jika telah masuk sepuluh hari terakhir (Ramadhan), Beliau mengikatkan kainnya dan menghidupkan malamnya, serta membangunkan keluarganya” . Aisyah juga berkata, “Rasulullah SAW beri’tikaf pada 10 hari terakhir dari Ramadhan hingga Beliau meninggal dunia. Kemudian isteri-isteri Beliau juga beri’tikaf setelah wafatnya” (HR Bukhari dan Muslim).

Begitu pentingnya ibadat i’tikaf dalam pandangan Rasulullah SAW sehingga tak pernah meninggalkannya. Akan tetapi sudah banyak orang yang melupakannya.

I’tikaf merupakan sarana meningkatkan kualitas ketaqwaan yang sangat efektif bagi seorang muslim dalam memlihara keislamannya. Pengembangan rohaniyah akan lebih sempurna apabila telah kita lengkapi dengan beri’tikaf di masjid. Dengan i’tikaf sejenak kita tinggalkan urusan dunia dan mengisi rohani dengan berbagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Orang yang beri’tikaf memperbanyak membaca Al-Qur’an, ibadat-ibadat sunat, tasbih, takbir, tahmid, istighfar, shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan amalan-amalan lain yang dibolehkan oleh syara.

Saudaraku, memang i’tikaf terasa berat untuk kita lakukan. Harus diam di masjid, bershalawat, menjaga larangan-larangan yang dapat membatalkan i’tikaf. Di bulan Ramadhan sekarang ini mari kita coba memulai i’tikaf meski memiliki waktu sempit akibat himpitan dan tuntutan pekerjaan. Kalau tidak sekarang lantas kapan lagi? Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar